It's Not Goodbye, It's See You Later

kalo boleh jujur sebenarnya aku di sini merasa lega, tenang, dan yakin,
tapi yang juga aku rasakan adalah hampa.
aku juga bingung harus senang atau sedih. keputusan yang dia ambil bukan keputusan yang membuatku patah hati atau seperti yang biasa dirasakan pasangan ketika mereka memutuskan menyudahi hubungan mereka. yang membuatku sendu hanya karena aku merasa bahwa besok mungkin aku akan kembali bertemu sepi. kalo aku sedang dalam suasana hati yang buruk, mungkin aku hanya perlu menunggu itu selesai dengan sendirinya, bukan dengan diobati olehnya. kalo aku pulang malam, mungkin aku akan pulang sendirian dengan kecepatan 40 km/jam dan dengan nyali seadanya. kalo aku mau makan sesuatu yang lagi aku pengenin, mungkin aku akan (kembali) makan sendirian atau aku gak akan makan itu kecuali nunggu ada temenku yang ngajak. dan lain-lain. termasuk kalo aku lagi rindu, aku harus menahan itu, karena dengan sekedar ngumpul sama temen-temen di kampus dan ada dia, itu gak bisa mengobati rinduku.
padahal yang kalian ketahui baru beberapa hari sebelum hari ini, aku nulis postingan yang secara gak langsung itu adalah ucapan terima kasih buat dia karena sudah kembali menghidupkan hatiku. tapi dua malam yang lalu, dengan gak ada permasalahan serius di antara kita, dia cuma bilang sama aku dia mau curhat, dan aku kira itu curhatan-curhatan dia seperti biasanya, dia telpon aku, yang bikin aku langsung "deg!" pada saat itu pas dia bilang "ternyata hasrat tu memang bisa berkurang lah", aku langsung "hah? maksudnya apa?", deg-deg'an, aku udah langsung ngerti pembicaraan ini arahnya kemana.
sebelumnya beberapa hari yang lalu pas kita sedang tidak berbaikan, memang aku sempat kepikiran hal ini, terus ngomong ke dia "aku handak mengakhiri hubungan ini, tapi aku kada bisa, aku kada mau." dan dengan tenangnya dia menjawab "yasudah kalo maunya km kaya gitu...." dengan kalimat lanjutannya yang menunjukkan sebuah kepasrahan. kalian para perempuan pada umumnya pasti sewot dengan tanggapan yang begitu, seakan-akan dia gak punya kalimat yang menunjukkan kalo dia masih ingin bersama kita. karena pada hakikatnya kita sebagai perempuan memang begitu, minta dipertahankan, cari perhatian, minta dimengerti, minta dipahami. terus aku dengan o'onnya protes, dan kembali dia merespon dengan sangat tenang "aku gak pernah menganggap hubungan ini spesial, yang spesial itu perasaan aku ke rizqa." iya bener sih, seistimewa apapun hubungan kita, tetap gak ada yang spesial karena ini bukan hubungan pernikahan, ini cuma pacaran, pacarannya dua mahasiswa level senior yang sangat sering membahas masa depan mereka bersama tetapi belum punya apa-apa untuk hidup berumah tangga.
mungkin aku sudah masuk ke fase mulai menuntut, dan berbanding terbalik dari ketika awal aku sama dia memulai hubungan ini. makanya dia agak kaget, padahal aku sudah memperingatkan dia dari awal "hati-hati kalo sudah dicintai rizqa kena". padahal aku merasa tuntutan dariku itu gak susah-susah amat, aku gak minta setiap hari ke tempat begini dan begitu, aku gak terlalu suka nonton dan gak suka pacaran di mol atau ke tempat-tempat yang bagus, aku gak minta dia berubah jadi apa yang aku mau, yang aku minta cuma dia meluangkan waktunya untuk aku pas aku lagi tertekan, tertekan sama skripsi, dan tetap dengerin cerita aku dengan antusias seperti biasanya kita dahulu, karena sekarang kesempatan aku untuk cerita cuma pas dalam keadaan dia lelah setelah selesai berkegiatan dengan dunianya. gimana ya, aku jadi agak drama gitu pas dia gak bisa memenuhi keinginanku tadi.
dia juga sedang asik dengan dunianya, padahal yang kita senangi di awal itu sama, cuma aku udah keluar dari dunia tersebut, jadi kita mulai sedikit bertentangan. dia bilang sekarang udah gak bisa memprioritaskan aku seperti kemaren dan dia berharap aku bisa ngerti, dia berani mengesampingkan aku karena dia merasa aku lah yang paling bisa mengerti dan menerima situasi ini. iya aku bisa mengerti dan menerima, tapi aku paling gak bisa menahan hasrat aku untuk bertemu, dan di situlah dia jadi selalu bingung merasa serba salah sama sikapku yang jadi aneh dan menyebalkan kalo dia gak bisa memenuhi keinginanku. aku sekarang juga jadi rizqa yang begitu perasa, dia ngomong bercanda dikit aku masukin ke hati, bikin dia gak bisa lepas untuk bercanda-bercandain aku, gak seperti dulu. yah, aku merasa sekarang di hubungan ini aku sering bikin rusak suasana. mungkin karena aku merasa sebegitu dimanjanya, aku jadi keenakan dan seenaknya manja-manja'an. padahal lagi, di awal itu, yang labil dan kekanak-kanakan itu dia, dan aku secara otomatis gak pernah menunjukkan sisi kekanakanku agar kita tetap seimbang. dia cupu dan sedikit pengalaman mengenai hubungan percintaan, lalu aku adalah rizqa yang pandai memberi masukan, aku adalah rizqa yang dewasa dan bijaksana terutama dalam menyikapi cinta, aku adalah rizqa yang mandiri, aku adalah rizqa yang kuat dan berprinsip untuk gak akan lagi menggantungkan kebahagiaanku kepada pacarku nantinya. tapi aku kebobolaaan!! aku yang awalnya pintar mengontrol perasaan, sekarang udah gak kekontrol semuanya karena cinta. karena cinta! padahal di awal waktu aku memutuskan mau menjalani hubungan ini sama dia, aku menekankan pada diriku sendiri bahwa kita sebagai manusia yang memiliki perasaan, mencintailah sewajarnya saja, karena yang sudah pasti pun masih dihadang oleh ketidakpastian.
permasalahannya memang sesederhana itu dan sewajarnya dialami oleh pasangan karena baru memasuki fase selanjutnya dalam sebuah hubungan. tapi balik lagi, sebenarnya di awal itu dia gak pernah mau terjadi hubungan pacaran ini, aku pun begitu. menurutku semuanya terjadi karena kesalahan kita terlalu santai dan berpegang pada kalimat "dijalani ai..", padahal seharusnya di awal kita terus tetap menekan untuk gak terjadi hubungan ini. tapi aku gak menyesali hubungan ini sih, karena hubungan ini lah yang menumbuhkan rasa cinta antara aku sama dia. hubungan ini lah yang merubah semua plan dia karena merasa mencintai perempuan yang satu tahun lebih tua darinya, dia mikir pake banget gimana supaya rizqa gak kelamaan dan ke'tua'an nunggu dia.
pada saat aku denger dia mau menyudahi hubungan ini, aku langsung memotong dengan "pokoknya kita ketemu besok.", aku gak bisa banyak ngomong lagi karena nyesek parah, jadi cuma dia yang ngomong di telpon itu, dia jelasin intinya. terus kita jadi ketemu kemaren, anggap aja itu 'momen menghabiskan waktu bersama' terakhir kita sebagai pasangan yang masih bisa dengan bebasnya menunjukkan rasa cinta yang dimiliki satu sama lain. dia paparkan semuanya, alasan dia, maksud dan tujuan dia, aku juga ngeluarin semua pendapatku, tanggapanku, pokoknya kita selesaikan semuanya kemaren. sebenarnya hasrat yang berkurang itu bukan hasrat mencintai, tapi hasrat untuk menjalani hubungan ini, karena dia punya sesuatu yang harus lebih dia utamakan dibanding rizqa walaupun sebenarnya dia gak mau hal seperti ini menimpa hubungan kami, dan dia tahu rizqa sulit untuk menerima keadaan ini, daripada semakin dibiarkan nanti semakin sakit. dia bilang perasaan dia gak ada yang berubah, dia tetap mencintai aku. dia bilang semua yang dia lakukan sekarang untuk bekal dia, bekal dia meraih keberhasilan dan mampu dan siap untuk kembali ke aku, membahagiakan aku di jalan yang benar yaitu di jalan Allah. dia bilang dia merasa yakin aku gak akan kemana-mana lagi, dia merasa yakin aku akan menjaga diriku untuk dia, makanya untuk saat ini dia berani melepaskan aku. keyakinan itu lah yang membuat dia mengambil keputusan ini. intinya dia mau aku dan dia benar-benar menjadi makhluk yang mencintai Allah dan pandai bersyukur, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. aamiin.
perlu diketahui bahwa sebenarnya kami bukan putus dengan gak akan ketemu lagi atau yang semacam itu, tapi kami hanya menyudahi hubungan ini agar kami tau batasan, kami akan tetap berhubungan baik walau gak seintens kemarin, bahkan kami tetap dengan perjanjian "km tetap punyaku, km masih punyaku.", dan aku akan menjaga hatiku buat dia, aku pastikan aku gak akan kemana-mana.
dan balik lagi, yang membuat aku sendu adalah, aku takut, aku takut kita gak berjodoh. terlalu lemah memang. kita gak tau apa yang akan terjadi besok, dua bulan kemudian, sepuluh bulan kemudian, satu tahun kemudian, dua tahun kemudian, tiga tahun kemudian, semuanya sudah Allah yang menentukan kita akan berjodoh dengan siapa. tapi ketika aku mencintai seseorang, maka aku benar-benar gak akan tertarik dengan siapapun selain dia, apalagi dengan komitmen saling menjaga hati satu sama lain, maka aku akan dengan sungguh-sungguh melakukan itu, karena yang aku mau cuma dia. apa yang aku rasakan selama aku menjalani hubungan sama dia, itu akan menjadi cerminan nanti pada saat kami sudah memiliki hubungan yang sah. terkecuali mengenai kesibukan dia. dia bilang sekarang aku cuma pacarnya itulah kenapa dia berani untuk mengesampingkan aku, ceritanya akan berbeda kalo aku adalah istrinya. dan aku percaya itu, aku mempercayai semua yang dia utarakan, aku meyakini semua yang dia bilang, tapi dengan tetap menjaga ragu.
kalo aku boleh cerita apa yang membuat aku takut kalo sampai gak berjodoh, yaitu cara dia mencintai aku. keputusannya ini pun adalah salah satu cara dia mencintai aku, aku gak mau sampai ada perempuan lain yang merasakan bagaimana rasanya dicintai olehnya. dia adalah laki-laki yang lembut, dia gak pernah ngomong kasar apalagi bertindak kasar, dia gak pernah bilang "bangs*t" dan sumpah serapah lainnya paling parah itu "abungul" sama "jangkrik", dia selalu panggil aku sayang dengan tidak disingkat menjadi "yang", dia selalu sabar menghadapi aku, dia selalu mencoba mengerti dan memahami apasih maunya rizqa ini, dia gak pernah mengeluhkan ketidak jelasan emosiku, dia selalu berusaha menjadi lucu supaya muka cemberutku pergi, dia selalu berusaha membuat aku tenang padahal dia pun dalam keadaan yang sulit untuk menenangkan dirinya sendiri, dia bukan laki-laki yang genit kesana-kemari walaupun dia berteman akrab dengan banyak perempuan dan kadang bisa bikin aku cemburu, dia selalu meyakinkan aku dan memastikan itu hanya suatu bentuk pertemanan, dia bukan laki-laki yang bisa minum bahkan dia gak tertarik untuk itu padahal dia berada di lingkungan yang tidak asing dengan minuman (maaf sebelumnya kalo harus menyebutkan ini), dia cuma perokok, dia menyayangi keluarganya, dia memperlakukan teman-temannya dengan sangat baik, dia punya ambisi dan masa depan, dia senang menolong orang lain. yang paling penting dia adalah orang yang tahu semua (((semua))) sisi jelekku dan tetap mencintai aku dengan kekurangan-kekuranganku, dan dia selalu bilang bahwa dia bersungguh-sungguh mengingikan aku untuk menjadi teman hidupnya hahahahahahahaha. pokoknya itu dulu lah ya masih banyak keistimewaan-keistimewaan dia yang lain yang males aku sebutin karena bisa bikin aku kangen. dan aku akan selalu berdoa semoga apa yang kita sepakati ini semakin melapangkan jalan kita untuk berhasil dan berjodoh.
jujur, setelah aku nulis postingan ini, aku jadi semakin lega dan patut berbahagia, karena dia sebegitunya mencintai aku, dan kita sedang sama-sama berjuang untuk bisa bersama lagi, nanti. aku juga senang karena dia berani mengambil keputusan ini dan bisa menjadi laki-laki yang tegas. hubungan ini jadi gak berlarut-larut dan tentunya bisa mengurangi dosa kami, juga terhindar dari melakukan hal-hal yang dilarang. aku pun ngebayangin kalo seandainya hubungan ini aku paksakan untuk dilanjutin, aku akan semakin manja dan batinku akan selalu tersiksa setiap dia gak bisa memenuhi keinginanku, dia pun akhirnya gak menjalani hubungan ini dengan kebahagiaan melainkan keterpaksaan. itu kemungkinan terburuknya ya. emang sih bahagia dalam berpacaran masih tetap bisa kita rasakan dan kita bikin sekalipun nanti bakal sering berantem, tapi aku akan tetap setuju dengan keputusan dia ini, yaitu disudahi. mending sekalian aja lah. meskipun berat, berat banget, dan aku sangat menyayangkan karena kita sedang dalam hubungan yang hangat-hangatnya, bukan hubungan yang sudah bertahun dilewati dan dilanda jenuh. apa pun yang akan terjadi nanti ntah itu dia menemukan orang lain atau aku menemukan orang lain, semoga itu gak akan terjadi (?) eh gimana sih hahahaha.. yaaaah, intinya semoga apa yang terjadi nanti itu adalah yang terbaik untuk aku dan dia. dan semoga aku memang sama dia. ya Allah, maksa banget ya.
*menghela nafas panjang*

Comments

Popular Posts