Pandemi

hampir delapan bulan berjalan covid hadir dengan keseriusannya di negaraku Indonesia, khususnya kotaku Banjarmasin. aku ingat waktu itu hari Sabtu tanggal 14 Maret 2020, aku sedang asik-asiknya menjalani pertengahan semester genap kuliah magister. sepulang dari kuliah aku langsung ke mol untuk join di kegiatan kantor, acara pekan QRIS yang dihadiri oleh bank-bank bersama Bank Indonesia. acara berjalan seru dan meriah. di hari sabtu itu kalo gak salah covid udah sampai di Banjarmasin, tapi kita masih belum tau gimana cara berlindungnya, masih belum ada himbauan dari pemerintah untuk pakai masker dan jaga jarak, yang mana pada waktu itu sebenarnya aku udah was-was.

hari Sabtu tadi, setelah aku renungi, benar-benar jadi hari terakhir aku merasakan bagaimana indahnya kehidupan sebelum munculnya covid ini. setelahnya tetap indah, cuma jadi ada beberapa yang kurang.

Senin harinya baru lah ada himbauan untuk pakai masker. di awal kemunculan covid ini rasanya kayak mencekam banget, lagi seram-seramnya dan lagi hangan-hangatnya diperbincangkan, sampai ada konspirasi. dan yang harus aku hadapi di rutinitas harianku sebagai customer service perbankan selain tetap menjalankan pelayanan adalah pelunasan haji 2020, yang mana tentu saja akan terjadi kerumunan, dan gak ada reschedule dari pemerintah (jamaahnya didominasi orang tua berusia di atas paruh baya dengan total jamaah berhak lunas kurang lebih 399 jamaah. pelaksanaannya outdoor di halaman parkir kantor pakai tenda, gak usah ditanya soal teriknya matahari dan suhu udara luar ruangan ya). di masa-masa pelunasan haji itu lah aku benar-benar parno, takut, stress. teman-temanku pun begitu. kami benar-benar jaga jarak, kayak gak ada gairah buat bercanda, kaku.

jadwal kerjaku yang awalnya masuk dari jam 7.30 berubah menjadi 8.30. yang awalnya aku pelayanan sampai jam empat sore, dimajukan jadi jam tiga sore.

selama PSBB dan sedang seram-seramnya covid, di mana banyak kantor yang menjalankan WFH, kantorku malah jadi kantor yang sangat sibuk, bahkan nasabah yang datang lebih ramai daripada sebelum adanya covid ini. ntahlah.

kebijakan manajemen waktu itu masih maju mundur, kadang WFH, kadang nggak. kendalanya personel kami gak banyak, kalo pakai sistem WFH bakal terjadi penumpukan nasabah dan menimbulkan keramaian.

aku sempat mengalami drop sampai aku berpikir apakah aku terpapar? aku benar-benar dilanda stress. benar-benar gak enak. itulah aku, si parno-an, si "peharitan".

gejala yang aku alami waktu itu adalah sesak napas, diare, batuk, pilek, sakit tenggorokan, yang alhamdulillahnya aku gak demam. sekitar bulan April, tengah malam, aku dilanda sesak napas yang rasanya sesak banget dan belum pernah aku alami sebelumnya. aku langsung dibawa ke IGD RS Suaka Insan. rasanya ya Allah sumpah, ngeri, ditangani sama dokter dan suster yang mana melihat tenaga medis pakai APD waktu itu masih terasa asing. melegakan sekali, ternyata aku maag (ya bukan lega juga sih maksudnya. maagnya mendekati akut, semoga gak sampai akut) dan asam lambungku naik, karena terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C, kelebihan dosis. aku minum C1000, CDR, dan ngemil vitaCmin hahahaha. karena kantor aku bagiin itu ke semua karyawan yang katanya bagus untuk menjaga daya tahan tubuh, ternyata gak cocok di badanku. belum lagi kalo sore orang kantor suka nge-Grab kekopian.

asam lambungku juga dipicu oleh pikiran yang gak sehat. aku terlalu parno, aku terlalu banyak mikir yang nggak-nggak, aku merasa kurang bahagia, akhirnya aku tersugesti yang mana harusnya aku gak sakit jadi kayak sakit beneran. yah.. gimana gak takut, aku setiap hari menghadapi nasabah yang berbeda-beda. pegang KTP nasabah, uang dari nasabah, dokumen nasabah, berkas yang ditanda tangani oleh nasabah, yang kita gak tau kondisi kesehatan mereka.

banyak rancangan dan rencana yang dirubah, target kerjaan berubah, cara berkegiatan berubah. syukurlah pandemi ini munculnya dalam keadaan teknologi yang udah canggih.

kuliah pun online. kuliah online lebih capek daripada kuliah tatap muka, susah fokus.

bagian tersedih aku selama proses menerima kenyataan tentang pandemi ini ada di bulan ramadhan kemarin. gimana yah.. pokoknya waktu itu kayak sedih banget.. (sedih juga karena jemaah haji tahun ini gak jadi berangkat). sering diserang perasaan kangen suasana sebelum pandemi tapi diri ini tetap diwajibkan bersyukur.

selama bulan ramadhan kita bener-bener gak ada taraweh di masjid, gak ada bukber, gak ada beli baju lebaran, gak ada sholat ied di lapangan! pertama kali banget kami sholat ied di rumah, idul fitri dan idul adha (abah yang jadi imam, abah juga yang khutbah  bermodalkan artikel di google). yang jauh gak bisa pulkam, dua hari setelah lebaran udah masuk kerja. benar-benar harus extra bersyukur, godaan kufur nikmatnya besar banget.

briefing pagi di kantor yang awalnya rame semua divisi gabung terus barisnya mepet jadi satu lingkaran, sekarang udah dibagi-bagi perdivisi terus nyebar jaga jarak satu meter. kanwil di ruang marketing lantai 2, RFO di ruangan sendiri, Collection&Recovery di ruang tamu lantai 2, RBC di ruangan sendiri, dan kami di banking hall bareng sama Area Banjarmasin. dzikir pagi dan tausiyah hari Jumat juga misah, bahkan sekarang di meja masing-masing, tausiyah online via Webex yang suka nge-lag.

aku wajib bersyukur karena aku gak tertimpa kemalangan seperti PHK, bahkan kantorku masih bisa survive dan bisnisnya tumbuh. gak ada pengurangan gaji, gak ada pengurangan karyawan, jatah THR masih sama dengan tahun sebelumnya yang mana aku kira kemungkinan terburuk kami gak dapat THR. dan hal pertama yang paling disyukuri adalah aku dan keluarga juga orang-orang terdekatku sehat, ceria, tidak ada yang terpapar.

aku udah beli tiket Kunto Aji, sama pensi di smaven yang ngundang Adhitia Sofyan. perkara pandemi ya gak bisa jalan lah.. yang smaven udah aku refund, Kunto Aji masih aku pertahankan selagi dia belum ada pengumuman cancel. kangen banget nonton konser.. keramaian yang aku suka cuma konser, dan lebaran.

kangen konser banbet gak sih

seiring berjalannya waktu, mulai menerima, udah mulai berani (jatuhnya nekat sih) melepas rindu sama teman sepermainan, udah mulai "ya udah, gak apa-apa." dengan new normal. gak pernah kepikiran pandemi ini bakal lama, aku dulu mikirnya paling cuma dua bulan, atau tiga bulan.

ketakutan terhadap covid udah mulai turun bahkan kayak nantangin "wahai covid, aku akan melawanmu!" astaghfirullah, maksudnya aku akan melawan dengan terus berpikiran positif, menjaga sistem imunitas tubuh dengan berbahagia dan bersyukur. rasa takut itu muncul cuma pada saat dengar kabar di kantor ada yang positif. sejauh ini udah ada dua orang yang positif di gedung kantor aku orang lantai 2, alhamdulillah dua-duanya udah sembuh, yang satu udah boleh masuk kerja, yang satu masih isolasi mandiri. dan kantor kami tetap beroperasi. gak ada istilah WFH satu gedung hahahaha, mungkin ini tentang bisnis dan reputasi.

faktanya, sampai hari ini aku belum pernah rapid test atau swab sama sekali. 50:50 sih. aku pengen di-rapid karena berharap kantorku memperlihatkan kepeduliannya terhadap kami yang selama ini bekerja tanpa lelah berdampingan dengan covid. posisi kami cukup berisiko karena ketemu orang banyak, belum lagi kemaren kerja di pabrik ada proyek payroll. tapi di sisi lain aku takut, dan sepertinya malah akan semakin kepikiran "duh gimana yah hasilnya? aku positif atau negatif ya?" pasti akan ada ketidak-tenangan di diri aku yang malah bikin drop, malah kayak lebih baik gak tau yang penting aku tetap jaga kesehatan.

dan sekarang udah Oktober, 2020 tinggal tiga bulan lagi. di sepanjang 2020 ini kita kayak gak minta banyak, minta disehatkan dan selalu dalam lindungan Allah aja udah cukup.

Comments

Popular Posts